50 Fakta Tentang Prof Suhardi

  1. Ayahnya petani buruh, ibunya yang buta huruf adalah pedagang di sejumlah pasar di Klaten, Solo, Boyolali, Yogyakarta hingga Malang (Jatim).
  2.  Rajin puasa Senin-Kamis sejak SD hingga kini.
  3. Mencari sekolah sendiri sejak SD hingga pendidikan S-3 di Philipina.
  4. Setiap bermain dengan kawan-kawannya semasa kecil, sering membawa buku besar, salah satunya buku berjudul ‘Di Bawah Bendera Revolusi’ karya Ir. Soekarno (Bung Karno), presiden pertama RI.
  5. Gemar menggambar tokoh-tokoh nasional dan beberapa tempat di dunia kemudian ditempel di dinding kamar tidur hingga semua dinding penuh dengan gambar.
  6. Mengaji ke mushola desa tetangga yang jalannya gelap gulita tanpa penerangan berjarak kurang lebih dua kilometer dari rumah pakai obor kecil (oncor). Awalnya, banyak teman lebih dari 50 orang dan menggunakan ruang kelas SD Bero Trucuk (desa tetangga), kemudian peserta mengaji tinggal dua orang termasuk Suhardi kecil. Akhirnya tempat mengaji pindah ke mushola tempat gurunya berdiam hingga belajar mengaji selesai.  Sesekali waktu naik sepeda onthel mengantar barang dagangan ke tempat ibu berjualan, meski berjarak belasan kilometer.
  7. Bersama Wagiyanto (rekan masa SD), ingin melihat pusat Kabupaten Klaten yang berjarak 10 kilometer dari Desa Mandong. Awalnya jalan kaki, tapi kandas. Kemudian menggunakan sepeda onthel dan akhirnya terwujud.
  8. Bersama Wagiyanto, pada malam hari di tanah terbuka dekat kuburan di desanya sempat melihat cahaya bersinar (konon, pertanda orang yang melihatnya akan diberi kemasyhuran).
  9. Hobi menulis puisi, mengarang cerita drama, bermain drama dan menyanyi (lagu favorit ‘Making Believe’).
  10. Bersama Wagiyanto, nyaris dibunuh aktivis PKI saat hendak mengantarkan surat ke aktivis PNI yang bersembunyi di desa tetangga (1965).
  11. Juara pidato saat duduk di bangku SMP.
  12. Cita-cita pertama menjadi guru mengaji, karena terkesan oleh  istri guru mengajinya yang salehah, cantik dan anggun.
  13. Cita-cita ketika hampir lulus SD ingin menjadi tentara atas usulan pamannya yang seorang tentara. Paman ingin menyekolahkan Suhardi kecil ke Akademi Militer. Padahal, semula Suhardi kecil ketika kelas 4 SD ingin menjadi guru agama dan sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA).
  14. Mengajukan diri keluar dari sekolah STM Pertambangan (kelas dua) karena tuntutan demo yang dipimpinnya -yakni guru harus rajin mengajar- tidak terpenuhi.
  15. Pindah ke STM Pertanian Delanggu Klaten, mulai lagi dari kelas 1 (hanya satu semester). Setelah naik kelas dua, Suhardi minta untuk ikut ujian akhir kelas tiga. Dicoba ikut ujian, hasilnya sangat bagus dan akhirnya diminta loncat ke kelas 3. Pembelajaran di kelas 3 hanya dijalani dua bulan, kemudian ikut ujian akhir. 
  16. Suhardi  lulus terbaik meski hanya punya rapor kelas 1 separuh, kelas 2 tak ada rapor, dan kelas 3  separuh). 
  17. Semasa kuliah pernah lari sejauh 42 km dari Yogyakarta ke rumah di desa, habis waktu sembilan jam karena sambil berhenti di mushola. Terbiasa setiap pagi lari marathon sendiri atau bersama teman-teman sejauh 12 km. Tiga kali meraih juara lari marathon. 
  18. Semasa kuliah pernah tinggal serumah kontrakan dengan Soedjarwadi ( Prof. Soedjarwadi kini Rektor UGM).  Prof. Soedjarwadi adalah kakak kandung Brigjen (Pol.) Sutjiptadi, teman sekolah Suhardi sewaktu SMP Negeri  Cawas.
  19. Dosen Teladan I di Fakultas Kehutanan UGM.
  20. Pelopor program menanam melalui kampanye menanam pohon Meranti di Jambi. Juga kampanye menanam Meranti di Kalimantan dan sejumlah daerah setiap waktu. 
  21. Pelopor menanam pohon Cemara Udang di Pantai Samas, Pantai Kwaru, dan Pantai Pandan Simo (termasuk  penanaman  Cemara Udang  di lahan milik PT. Indocor Pandan Simo),  serta menanam Cemara Udang di Nangroe Aceh Darussalam (sebelum dan sesudah tsunami Aceh tahun 2004 ).
  22. Menolak mematenkan karya ilmiahnya, dengan alasan saat sekolah dibiayai uang (pajak) rakyat.
  23. Terbiasa naik sepeda sejak kuliah, menjadi dosen, dekan bahkan hingga menjadi guru besar di Fakultas Kehutanan UGM (1971 hingga 2008) – naik mobil bila ada tamu saat menjadi Dekan.
  24. Ruang kerjanya sebagai Dekan dan Kepala Laboratorium Manipulasi Lingkungan UGM tak mau dipasangi air conditioner (AC).
  25. Saat menjadi Kepala Laboratorium Manipulasi Lingkungan, rajin mencari riset,  baik berjangka pendek maupun jangka panjang (10-13 tahun), dan kerap dikirimi peralatan penelitian dari kolega di Jepang. 
  26. Saat menjabat Ketua Tim Penanaman Pohon/Penghijauan UGM, jumlah pepohonan di lingkungan UGM bertambah banyak.
  27. Dekan termuda di Fakultas Kehutanan  UGM (tahun 2000, hanya tiga bulan). 
  28. Ketika menjabat Dekan Fakultas Kehutanan UGM, ikut ‘menyelamatkan’  Presiden (alm) K.H Abdurahman Wahid (Gus Dur) dari kepungan massa dan mahasiswa kampus saat menuju Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta.
  29. Selesai S-3 (1987) mendeklarasikan ‘Sumpah Gandum’ (kini sudah 23 tahun menjalani Sumpah Gandum).
  30.  Menantu Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Bimo Walgito, pendiri Fakultas Psikologi UGM.
  31. Selesai S-3 tahun  1987 atau usia 35 tahun dan usia 36 tahun melangsungkan pernikahan dengan  Lestari Rahayu Waluyati  (sekarang sudah lulus S-3) dan kini dikaruniai tiga anak. Di 2011  ini,  si sulung Nana  mahasiswi Fisipol HI UGM;  Fajar (kedua) mahasiswa Fakultas TP UGM; dan Anto (anak ketiga) siswa SMAN I  Yogyakarta).
  32. Dirjen termuda di Departemen Kehutanan (Dephut) pada 2001 (menjabat hanya tujuh bulan).
  33. Saat menjabat Dirjen RLPS Dephut, sering mengajukan penolakan kebijakan impor pangan kepada Menteri Kehutanan. Namun kerap diabaikan karena minim dukungan politik. 
  34. Saat menjabat Dirjen RLPS Dephut, membuat surat himbauan kepada jajaran di bawahnya agar membudayakan makan makanan lokal, seperti ketela dan umbi-umbian
  35. Nama Prof. Suhardi sering disebut-sebut sebagai calon menteri  kehutanan oleh empat presiden antara tahun 1999 hingga 2004 (dari Presiden BJ Habibie,  K.H Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono). [sejumlah media massa telah mempublikasikan].
  36. Membuat surat himbauan kepada kepala daerah agar membudayakan menanam pohon sebelum pernikahan dengan jumlah minimum 10  sampai dengan  100 bibit tanaman bermanfaat. Termasuk himbauan menjadikan bibit tanaman sebagai mahar pernikahan.
  37. Selepas dari Dirjen RLPS tahun 2001, menjabat Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) DI Yogyakarta kemudian diangkat sebagai  anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat di Departemen Pertanian  (tahun 2002 hingga 2010). Juga ditunjuk sebagai Ketua Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan  DIY  (2002 - sampai  sekarang). Selama masa jabatan itu, Prof. Suhardi sempat menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Kemakmuran Tani dan Nelayan periode 2002 hingga 2003.
  38. Ketika menjadi Ketua Umum HKTI DI Yogyakarta, Prof. Suhardi berinteraksi dengan Siswono Yudho Husodo (Ketua Umum DPN HKTI periode 1999-2004) dan Prabowo Subianto (Ketua Umum DPN HKTI periode 2004-2009).
  39. Masa mengabdi di HKTI berinteraksi dengan Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono  X.  Saat gempa di Yogyakarta pada 2006, rumah joglo Suhardi menjadi posko bantuan gempa  selama beberapa bulan. Bantuan berasal dari Bapak Prabowo Subianto, simpatisan HKTI, keluarga, kerabat, kolega dan masyarakat.
  40. Konsultan penghijauan membantu Rustriningsih (Bupati Kebumen periode 2000-2010).  Rustriningsih kini  Wakil Gubernur Jateng dan masih berkomunikasi aktif dengan Prof. Suhardi.
  41. Sering diundang menjadi pembicara tentang pelestarian hutan dan perlindungan lahan pangan di sejumlah perguruan tinggi dan lembaga penelitian baik di dalam negeri maupun luar negeri.
  42. Ikut menerima tamu istimewa Pangeran Charles (Inggris) dan Pangeran Bernard (Belanda) saat mengunjungi Hutan Pendidikan Wanagama I di Yogyakarta.
  43. Ikut terlibat mendaftarkan Partai Gerindra ke KPU Pusat dalam waktu hanya 22 hari untuk proses verifikasi administrasi.  
  44. Menghimbau pengurus dan kader di Partai Gerindra supaya membiasakan diri tidak mengonsumsi gandum maupun makanan berbahan baku gandum (roti, snack, dll). Sebaliknya mendorong para kader dan simpatisan Partai Gerindra  dan masyarakat umum terbiasa mengonsumsi makanan produk lokal, seperti ketela, umbi-umbian, jagung, kacang tanah, tales, sagu, atau pun gambyong.
  45. Sejak menjabat Ketua Umum Partai Gerindra (2008), Prof. Suhardi kerap mengunjungi sejumlah daerah menemui kader tanpa melihat status maupun kepopuleran pengurus daerah. Meski seorang politisi, Prof. Suhardi masih sering diundang sebagai pembicara oleh sejumlah organisasi dan lembaga dalam kapasitas pakar kehutanan.
  46. Dalam perjalanan politik ke sejumlah kader dan konstituen, untuk perjalanan di P. Jawa, Prof. Suhardi lebih memilih naik kereta api ketimbang pesawat. Alasannya, bisa berbaur dengan rakyat. 
  47. Rajin menanam pohon-pohon yang  bermanfaat, seperti sukun, alpukat, kepel, pakel, dan meranti, di pekarangan rumahnya di kawasan Kaliurang, DI Yogyakarta.
  48. Sejak menjadi Ketua Umum Partai Gerindra (Februari 2008), Prof. Suhardi  menetap di Jakarta, sementara keluarga di Yogyakarta. Pulang pergi Jakarta-Yogyakarta dilakukan minimal satu kali dalam sebulan.
  49. Pada 2009, saat memberi sambutan dalam syukuran di rumah Prof. Suhardi, Sekretaris Desa Mandong Sugiman (telah wafat pada 7 Januari 2011) sempat menyampaikan pengalaman spiritualnya: “Kelak Indonesia akan makmur dan sejahtera bila ada warga Mandong yang ikut berkontribusi terhadap kepentingan bangsa dan negara’’. 
  50. Masuk kembali dalam daftar calon menteri pertanian pada rencana reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II di bulan Maret 2011.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar