Anda Ingin Menjadi Partisipan Gerakan Sejuta Buku ?

PASTIKAN ANDA YANG PERTAMA!
PROGRAM GERAKAN “SEJUTA BUKU UNTUK INDONESIA”

    Genderang aksi untuk menjadi pemenang adalah semangat partai Gerindra di tahun 2014. Waktu sudah tidak banyak. Oleh karenanya, Prof. Suhardi Ketum partai Gerindra yang bertugas membumikan ideologi pangan partai Gerindra untuk kemakmuran bangsa, meluncurkan program “Sejuta Buku untuk Indonesia”.

    Bagi para kader (DPD, DPC, Perseorangan, Institusi Usaha dan lain-lain) yang berpartisipasi minimal menyumbangkan 500  buku atau setara Rp 29.750.000,- [Harga buku Rp. 70.000 x 15% (discount) x 500 eksemplar] akan dimuat foto dan komentarnya setengah halaman di buku “Mandiri Pangan, Sejahterakan Rakyat”.  Ini tentu saja bisa menjadi media komunikasi yang efektif untuk banyak hal.

Target Partisipan :
1. Jaringan Organisasi Gerindra di tingkat DPD, DPC maupun yang ada di bawahnya
2. Organisasi yang berafiliasi ke Gerindra yakni TIDAR, SATRIA, PETIR,KIRA, PIRA dll.
3. Partisipan perseorangan, lembaga usaha, kelompok masyarakat, komunitas atau
     institusi yang bersimpati dan berkeingin untuk menyukseskan program ini.

Distribusi Buku :
1. Setiap partisipan akan memperoleh 100 buku yang akan langsung dikirim ke
    alamat partisipan
2. Distribusi buku selebihnya akan langsung dibawah pengawasan dan otoritasi 
     Prof. Suhardi untuk disumbangkan untuk para kader dan simpatisan dalam          
     jaringan politik Gerindra maupun di luar jaringan organisasi dalam rangka mem
     bangun kesadaran berpolitik yang beretika dan Politik Pangan yang berpihak
     kepada rakyat

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi :
Ir. Tony Setiawan
(penanggung jawab program “GERAKAN SEJUTA BUKU UNTUK INDONESIA”) 

Alamat  : Graha KMAG Jl. Tanjung Barat Selatan No 43 Lenteng Agung Jakarta 12610.
Telp/Fax : 021-78841680. GSM: 0811896424, 0818481172.
Email : kmagbook@agriswara.net
Kunjungi : Gerakan Sejuta Buku
Ukuran setengah halaman buku untuk tampilan apresiasi adalah 10,5  cm X 14,5 cm
berikut ini adalah contoh dari tampilan tersebut :


( klik gambar untuk memperbesar tampilan )

Gerakan Sejuta Buku

Kemandirian Pangan adalah salah satu ideologi politik yang diperjuangkan partai Gerindra untuk kemakmuran negeri. Indonesia dianugerahkan bumi yang kaya raya, namun perjalanan republik yang telah berusia 66 tahun merdeka ini, ternyata masih saja belum mampu mencukupi pangan untuk rakyatnya dari perut bumi sendiri. Ironis.

Partai Gerindra dengan semangat perubahan, bersama rakyat dalam bingkai perekonomian rakyat, mengabdikan diri untuk dapat menata republik agar segera dapat mewujudkan kemandirian pangan lestari. Bahkan kita bisa menjadi lumbung pangan dunia, dimana dunia menggantungkan sejumlah pangannya dari perut bumi pertiwi.

Buku Mandiri Pangan Sejahterakan Rakyat





Sepenggal Kisah Seorang Profesor Telo


Profesor Suhardi yang sekarang menjadi Pimpinan Partai Gerindra itu sangat menggagumkan. Mutiara yang bersinar, kesejukan, ketulusan berpancar dalam setiap kehadirannya. Setidaknya itu yang saya rasakan setiap aku bertemu dengan beliau. 


Beberapa tahun yang lalu, saya kenal dengan beliau. Saya mau menceritakan sedikit pengalaman selama bersama beliau, sekalipun itu singkat, namun penuh kesan. Ibarat sebuah tindakan, maka itu adalah tato, sebentar tapi membekas. Sekali lagi itulah yang saya rasakan, membekas dalam ingatan.
 

Profesor Suhardi di mata mahasiswa biasa dipanggil Profesor Telo (ketela). Bukan karena ilmunya yang “rendahan” sehingga label “telo”. Akan tetapi karena bertahun-tahun dia mengkampanyekan makanan lokal Indonesia. Dan telo selalu menjadi andalannya. Ini terkait dengan risetnya, bahwa dibandingkan beras, kadar kalsium telo jauh lebih tinggi. 

50 Fakta Tentang Prof Suhardi

  1. Ayahnya petani buruh, ibunya yang buta huruf adalah pedagang di sejumlah pasar di Klaten, Solo, Boyolali, Yogyakarta hingga Malang (Jatim).
  2.  Rajin puasa Senin-Kamis sejak SD hingga kini.
  3. Mencari sekolah sendiri sejak SD hingga pendidikan S-3 di Philipina.
  4. Setiap bermain dengan kawan-kawannya semasa kecil, sering membawa buku besar, salah satunya buku berjudul ‘Di Bawah Bendera Revolusi’ karya Ir. Soekarno (Bung Karno), presiden pertama RI.
  5. Gemar menggambar tokoh-tokoh nasional dan beberapa tempat di dunia kemudian ditempel di dinding kamar tidur hingga semua dinding penuh dengan gambar.
  6. Mengaji ke mushola desa tetangga yang jalannya gelap gulita tanpa penerangan berjarak kurang lebih dua kilometer dari rumah pakai obor kecil (oncor). Awalnya, banyak teman lebih dari 50 orang dan menggunakan ruang kelas SD Bero Trucuk (desa tetangga), kemudian peserta mengaji tinggal dua orang termasuk Suhardi kecil. Akhirnya tempat mengaji pindah ke mushola tempat gurunya berdiam hingga belajar mengaji selesai.  Sesekali waktu naik sepeda onthel mengantar barang dagangan ke tempat ibu berjualan, meski berjarak belasan kilometer.
  7. Bersama Wagiyanto (rekan masa SD), ingin melihat pusat Kabupaten Klaten yang berjarak 10 kilometer dari Desa Mandong. Awalnya jalan kaki, tapi kandas. Kemudian menggunakan sepeda onthel dan akhirnya terwujud.